Minggu, 17 Mei 2009

pembahasan Organik_kromatografi lapis tipis

Pembahasan organic_kromatografi lapis tipis

Kromatografi adalah salah satu teknik pemisahan secara fisik dimana susunan yang kompleks dapat dipisahkan dengan suatu pelarut organic dimana sifat larutan yang sejenis akan tertarik, teknik pemisahan ini dapat dilakukan pada identifikasi warna pada tanaman , pemisahan golongan anion dan kation dan pemisahan bahan lainnya yang dibilang campurannya cukup kompleks . percobaan kromatografi ini akan dilakukan pada tanaman yaitu daun sossin dimana dalam pembahasan ini akan menjelaskan mekanisme kromatografi mulai dari memisahkan dan mengidentifikasikan pigmen-pigmen warna yang terdapat pada daun sossin dan menentukan harga Rf (retardation flow) dengan system fasa diam dan fasa gerak. Rf disini adalah jarak angka banding antara warna yang nanti timbul dengan jarak batas yang telah ditentukan pada lempeng dan system fase diam disini akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran .Prinsip percobaan ini yaitu berdasarkan perbedaan kecepatan perpindahan campuran antara dua fasa maksudnya campuran ini akan terpisahkan dalam medium tertentu , medium ini yaitu fasa gerak dan fasa diam, kemudian berdasarkan perbedaan daya serap(adsorpsi), adsorpsi disini yaitu lempeng tipis kromatografi yang bertindak sebagai fasa diam dimana daya serap ini tergantung dari sifat kepolaran, pelarut yang bersifat nonpolar akan lebih mudah terangkat, kemudian berdasarkan hokum like dissolve like yang berbunyi, “ senyawa polar akan larut dalam pelarut polar dan senyawa nonpolar akan larut dalam larutan non polar”, maksud pernyataan itu adalah kecenderungan berikatan sesame jenis antara polar-polar dan nonpolar-nonpolar, dimana ikatan sejenis ini akan memisahkan komponen-komponen dan terakhir berdasarkan perbedaan distribusi sample antara fasa diam dan fase gerak maksudnya perbedaan disini adalah warna yang akan timbul dan tersebar di fasa gerak ataupun diam.
Pada percobaan ini menggunakan daun sossin dimana prosedur awal yaitu preparasi daun sossin. Daun sossin dicuci bersih agar tidak ada pengotor yang ikut terbawa selain itu agar tidak menganggu dalam penimbangan, setelah itu daun sossin ditiriskan usahakan tidak ada air yang masih menempel karena akan mengganggu proses pengeringan kemudian daun sossin dibuang tulang daunnya dan dipotong kecil-kecil maksudnya untuk memperluas permukaan sehingga mudah digerus dan untuk mempercepat pengeringan karena ruang interaksinya bisa lebih cepat, setelah selesai letakan di kaca arloji jika daun sossin diletakan di kertas saring akan terkontaminasi karena kertas timbang itu mengandung selulosa murni yang dengan cepat bereaksi dengan daun yang masih mengandung air proses pengeringan tidak akan mengubah kandungan yang sudah bercampur tadi kemudian daun sossin dikeringkan dalam oven dengan suhu 105’C dalam waktu lama sekitar satu hari, dipilih suhu 105’c karena suhu ini dekat dengan titik didih air yaitu 100’c, sehingga suhu yang lebih tinggi dapat menguapkan air, tujuan pengeringan untuk menghilangkan molekul air yang sifatnya polar sehingga dapat menganggu sifat kepolaran pelarut , selesai pengeringan angkat dari oven kemudian digerus dengan mortar dan stampler, setelah halus dimasukan larutan n-heksana. Sebelumnya selesai penggerusan diletakan sebentar diatas es(penangas es) agar suhunya kembali normal karena saat penggerusan terjadi gesekan antara mortar dan stampler yang menghasilkan panas sehingga komponen kurang stabil selain itu juga penambahan larutan n-heksana saat mortar suhunya normal karena sifat n-heksana yang mudah menguap apalagi dalam keadaan panas, larutan n-heksana akan habis menguap semua. Larutan n-heksana digunakan untuk mengekstrak warna pigmen sehingga mudah untuk diidentifikasi.
Prosedur selanjutnya yaitu persiapan bak elusi. Bak elusi dicuci bersih kemudian dkeringkan hingga tak ada kandungan air. dalam percobaan ini kandungan air harus dihilangkan karena molekul air memilki gaya dipole (gaya tarik menarik molekul) yang amat kuat dan sifatnya polar sehingga pelarut yang bersifat polar akan terikat dengan air dan mengganggu proses pemisahan ini. Setelah itu siapkan larutan n-heksana dan aseton dengan perbandingan 7:3. kedua larutan itu dipilih karena beberapa factor yang pertama yaitu sifat kepolarannya, larutan n-heksana bersifat nonpolar yang fungsinya untuk menarik pigmen warna dari ekstrak daun dari sel, plastida yang disebut dengan kloroplas karena kloroplas ini sifatnya nonpolar maka tertarik oleh n-heksana sedangkan aseton bersifat polar yang dapat mengangkat pigmen warna (klorofil a dan klorofil b) untuk mengalir di fasa diam sesuai dengan prinsip percobaan, kedua yaitu viskositas larutan, dimana dapat mempengaruhi kecepatan merambat di fasa diamnya, n-heksana dan aseton memiliki harga viskosits lebih kecil di antara pelarut-pelarut lainnya sehingga lebih mudah untuk terserap pada fasa diam. Dalam perbandingan larutan n-heksana lebih besar karena pelarut untuk daun sossin ini dipilih yang nonpolar dan mudah menguap. Kemudian siapkan kertas saring dan masukan dengan posisi menempel didinding bak elusi. Kertas saring ini dijadikan indikator untuk mengetahui kejenuhan larutan yang menandakan bahwa campuran larutan ini telah homogen dengan ditandai pelarut merambat naik ke kertas saring hingga basah seluruhnya, setelah itu angkat kertas saring dan tutup bak elusi agar eluer tidak menguap. Proses selanjutnya yaitu proses kromatografi lapis tipis. Kromatografi ini menggunakan lempeng tipis yang mengandung silike gel dengan ukuran lempeng 5x1cm. bagian atas dan bawah lempeng diberi batas 1cm dengan pensil. Digunakan pensil karena kandungannya yaitu karbon yang tidak mudah bereaksi dengan pelarut tentunya atau inert, jika kita gunakan spidol atau pulpen, keduanya terdapat tinta yang komponen-komponennya dapat bercampur dengan eluer atau dengan pigmen yang nanti diuji. Bagian batas bawah diberi titik dengan posisi yang harus dipilih sedemikian sehingga mudah untuk mengamati jalurnya warna (noda), misalnya titik di ditengah-tengah garis batas bawah, ekstrak daun sossin di masukan ke dalam pipa kapiler. Digunakan pipa kapiler karena diameternya yang kecil cocok untuk penotolan di satu titik tadi. Penotolan pada satu titik maksudnya agar ekstrak tidak berhamburan dimana-mana yang dapat menyusahkan pembacaan noda jadi hanya terkonsentrasi pada satu titik saja selain itu juga posisi memegang pipa kapiler saat penotolan harus tegak lurus dan ditotolkan secara bertahap. Setelah penotolan tadi, lempeng kromatografi dimasukan ke dalam bak elusi. Yang perlu diperhatikan untuk posisi lempeng yaitu, bagian batas bawah yang ada sebuah titik tadi jangan terendam dalam eluer karena akan menganggu pendistribusian warna yang akan muncul, setelah itu bak elusi tutup agar tidak menguap yang dapat menganggu kesetimbangan pelarut. Sesaat kemudian, eluer terserap dan naik melebihi batas bawah serta membawa campuran yang di titik tadi. Campuran itu berpindah dari daerah penotolan tadi dengan membawa warna-warna dari ekstrak daun sossin. Hal itu terjadi, karena adanya dua fasa yaitu fasa gerak dan fasa diam. Fasa geraknya adalah pelarutnya yaitu pelarut n-heksana dan aseton yang terserap oleh lempeng (fase diamnya yang menyerap cairan pelarut dari bak elusi) terus naik karena mengalami kejenuhan hingga melebihi tanda batas dan membawa campuran di titik tadi sehingga disini terlihat kecepatan yang berbeda. Campuran terdiri dari ekstrak daun sossin dimana setiap daun memiliki empat pigmen warna yang berbeda, di percobaan ini ekstrak daun sossin mengeluarkan pigmen warnanya yaitu hijau(klorofil a), hijau tua (klorofil b), dan kuning (xantofil). Pigmen-pigmen ini akan terbawa oleh eluer ke atas merambat ke lempeng kromatografinya dimana pigmen yang memiliki polar lebih tinggi akan langsung terikat oleh eluer (aseton) tetapi yang nonpolar akan ikut terbawa oleh eleur (n-heksana), dimana urutan kepolaran yaitu, klorofil a > klorofil b > xantofil. Setelah eluer membawa campuran pigmen warna hingga batas atas, angkat lempeng kemudian keringkan di suhu normal, proses pengeringan ini untuk menghentikan proses distribusi warna sehingga mudah untuk identifikasi warna. selanjutnya, tentukan rf-nya dengan cara :
Rf : jarak titik warna dari batas bawah / jarak titik batas bawah ke batas atas,
Perumusan itu diterapkan pada setiap pigmen warna, yaitu hijau, hijau tua dan kuning.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar